https://m.kumparan.com/…/eks-wamenkum-cari-tambahan-pemasuk…
ThreeVee, adalah usaha bisnis online keluarga kami yang menjual barang dari Australia. Kami palugada. Apa Lu Perlu Gua Ada. Anda perlu sesuatu dari Aussie, hubungi kami, kami sediakan.
ThereeVee diambil dari huruf awal nama anak-anak kami Varis, Varras, dan insya Allah adiknya yang sekarang jalan 6 bulan di kandungan bunda Ida Rosyidah.
“Lho, kok Pak Wamen jualan sepatu?” Beberapa teman menanyakan. Saya hanya tersenyum.
Izinkan saya menjawabnya dengan cerita.
Empat puluh lima tahun yang lalu. Saya lahir di satu pulau kecil di sebelah tenggara Kalimantan Selatan: Pulau Laut. Ayah Sunda, Ibu Banjar, Nenek Tionghoa. Saya Indonesia.
Sedari kecil orang tua saya mengajarkan hidup mandiri. Ketika SD, saya berjualan es mambo, dan menaruhnya di kantin sekolah. Setiap berangkat, termos es terasa berat diangkat karena hampir seukuran dengan badan saya yang mungil. Di akhir pekan, saya membantu menjadi kernet angkot, yang disopiri Ayah. Suara cempreng saya meneriakkan jurusan antara kota Banjarbaru dan Martapura, kota intan di Kalimantan Selatan. Maka, ketika sekarang saya terkadang menjadi supir travel di Melbourne, sebenarnya saya naik pangkat dari dulu pernah menjadi kernet.
Ketika studi doktoral di Melbourne Law School, lima belas tahun yang lalu, saya bekerja sebagai buruh pasar, yang membuka dan menutup toko di Victoria Market. Pagi sebelum ke kampus saya mampir untuk membuka toko, dan sorenya saya menutup dan beres-beres dagangan, memasukkannya ke lemari besi dan truk (Lihat Video Buruh Pasar Vicmart)
Di pagi hari tertentu, saya berdiri di simpang jalan ramai pusat kota Melbourne, dan membagikan majalah “City Weekly” kepada pejalan kaki yang lalu Lalang. Dalam dua jam, saya bagikan sekitar 200-an majalah komunitas tersebut. Seragam merah-hitam City Weekly, adalah salah satu pakaian dinas harian saya (lihat gambar).
Terkadang untuk mengusir kebosanan berdiri di simpang jalan, di tengah kota Melbourne, saya membagikan City Weekly sambil mendendangkan lagu dangdut. Salah satu lagu favorit yang saya teriakkan adalah “Kegagalan Cinta”.
Cukup sekali, aku merasa
Kegagalan cinta…
Takkan terulang, kedua kali
Di dalam hidupku…
Hu hu hu hu
Ya nasib ya nasib …
Mengapa begini?
Baru pertama bercinta
Sudah menderita …
Tentu saya menyanyi sambil sedikit bergoyang. Beberapa bule yang lewat, tersenyum. Saya tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Yang pasti mereka tidak mengerti Bahasa Indonesia. Mungkin mereka berpikir suara cengkok saya yang merdu, atau mungkin juga mereka kasihan dengan telinganya yang terkena polusi suara sumbang saya. Entahlah… ?
Videonya, saat saya berdangdut ria dan bergoyang, nanti akan muncul eksklusif pada saatnya.
Itulah sekelumit jalan hidup saya. Penuh warna. Tidak hanya mulus menjadi Staf Khusus Presiden, Wamenkumham, Guru Besar Tamu di Universitas Melbourne. Saya juga pernah menjadi penjual es mambo, kernet, sopir, buruh pasar, loper majalah, dan sekarang membuka usaha dagang “ThreeVee” untuk Varis, Varras, dan the other Vee.
Hidup adalah kenikmatan yang penuh kejutan warna dan makna. Perjalanan yang tidak hanya lurus, tidak jarang berliku. Saya ingin anak-anak saya, the ThreeVee, akan siap menghadapi tantangan hidup yang tidak selalu indah, tetapi tidak jarang berwarna duka. ThreeVee adalah wadah pembelajaran untuk mereka, sekaligus kami, untuk terus mencari rezeki secara halal, tanpa tipu-daya, tanpa korupsi.
Jadi, jangan lupa follow kami di Instagram @threeVeeShop, atau Toko Pedia https://goo.gl/b4WsxU dan jangan lupa belanja. ?
Salam rindu dari Melbourne,
The ThreeVee
Varis, Varras, the other Vee